Konsep sunnatullah (hukum alam) sebenarnya lebih mengedepankan teori take and give atau memberi dan menerima. Layaknya peribahasa barang siapa yang menabur benih dia yang akan menuai. Maka alam sebagai passive matter, sangat bergantung eksistensinya terhadap tangan–tangan manusia sebagai active manager (pengelola aktif). Hal ini telah ditegaskan oleh Allah swt. Sang pencipta alam dalam firman-Nya, saat pertama kali menciptakan manusia pertama (Adam): “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “ Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Sedangkan mengenai sifat manusia itu sendiri tercermin dari tanggapan para malaikat terhadap rencana Sang Khalik tersebut melalui lanjutan ayat diatas: “Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah. Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”. Dan perhatikanlah apa jawaban Tuhan yang Maha Mengetahui terhadap keberatan yang disampaikan oleh malaikat-malaikatnya: “Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu.ketahui”.(Q.S.Al-Baqarah:30).
Alam dengan segala fenomenanya sebenarnya telah berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan sunnatullah (hukum alam) yang ada. Alam dengan segala potensinya diciptakan oleh Sang Khalik untuk mendukung keberadaan manusia sebagai khalifah di bumi ini. Karena itu, sebagai pendukung eksistensi manusia alam tak pernah punya potensi sebagai perusak apalagi sebagai penghancur bagi kehidupan. Sebagai pendukung kehidupan manusia, sejatinya alam hanya menghasilkan dan memberikan manfaat bagi manusia. Pun berbagai fenomena yang terjadi terkait dengan bencana alam. Katakanlah bencana banjir yang sekarang ini melanda hampir di seluruh daerah di Indonesia.
Allah menurunkan hujan sebagai rahmat dari langit bagi manusia yang dengan rahmat berupa hujan itu Allah Menghidupkan bumi yang mati (gersang) dan menumbuhkan berbagai macam buah-buahan sebagaimana firman Allah: “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki bagimu. Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui”. (Q.S. Al Baqarah:22). Dan juga firman Allah: “Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu di hidupkannya bumi sesudah matinya…”. (Q.S. An Nahl:65).
Air hujan sesuai dengan hukum alam menurut ayat dia atas, berfungsi sebagai menyuburkan tanah yang gersang karena kekeringan, memberikan kehidupan bagi manusia. Sesuai fungsinya,hujan tak pernah turun untuk membawa kerusakan ataupun mengakibatkan bencana .Akan tetapi, tangan-tangan manusia itu sendirilah yang mengakibatkan hujan menjadi bencana. Hujan hanya berakibat merusak ketika alam ini tak lagi berjalan teratur dan seimbang (unbalance) sebagaimana mestinya.hujan akan mengakibatkan banjir ketika manusia tak lagi memperhatikan lingkungan sekitar; menebang hutan sembarangan, membuang sampah ke sungai atau selokan di sembarang tempat,penambangan emas atau pasir liar di sungai yang tak memperhatikan ekosistem lingkungan, menutup daerah resapan air.
Sejatinya, kerusakan yang terjadi di muka bumi ini, baik di darat maupun dilaut adalah karena ulah tangan-tangan manusia sendiri. Tangan-tangan tak bertanggung jawab yang menyalahi tugasnya sebagai seorang khalifah Allah di muka bumi ini.Allah swt. sendiri telah menegaskan hal ini melalui firman-Nya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut di sebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat ) perbuatan mereka. Agar mereka kembali ke jalan nyang benar”. (Q.S. Ar Rum:41)
Sungguh, Allah telah menegaskan dalam firman-Nya bahwa manusia adalah sebaik-baik makhluk yang diciptakan dengan sebaik-baik bentuk: “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (Q.S.At Tin:4). Maka bentuk yang sempurna itu akan menjadi berharga apabila manusia menyadari tanggung jawab penciptaannya (sebagai khalifah di muka bumi) dan mempergunakan kelebihan yang dimiliki (akalnya) untuk berpikir dan berbuat kebaikan di muka bumi, bukan berbuat kerusakan. Agar manusia tidak di kembalikan ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). (Q.S. At tin:5). Sungguh, pada semua itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mengambil pelajaran. termasuk golongan manakah kita?
01 Desember 2016
Label :
artikel
Interaksi Alam dengan Manusia Sebagai Khalifah di Muka Bumi
Dipublikasikan oleh :
MAHAPEKA Cirebon
- 01:02
Bagikan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar